Korban Orderan FIktif Gojek

Tragis, Korban Orderan Fiktif, Akibat Sistem Keamanan Transportasi Online (Go-Food) yang lemah. Inilah Solusinya!

Bingkaiberita.com -Tragis memang ketika sistem keamananan Transportasi Online yang menimbulkan korban orderan fiktif, hingga temannya sekantor ikut prihatin dengan yang dialami oleh Julianto yang berujung PHK.

Pasalnya julianto tidak merasa memesan makanan oleh driver ojek online, namun banyak yang diantar ke alamat kantornya di Danamon Matraman. Driver ojek kecewa dan Julinato jadi korban dari orderan fiktif karena tak merasa memesan makanan.

Media sosialpun juga cukup ramai dengan banyaknya orderan fiktif ke Julianto yang membuat driver gojek tertipu, sehingga temannyapun ikut prihatin dengan apa yang dialami oleh temannya ini selama 2 hari. Hal itu seperti disampiakan oleh akun @Stefanie Orisha sitohang seperti berikut:

Teman gue 2 hari ini mendaat teror dari pihak yang tak bertanggung jawab, modusnya adalah ORDER GO FOOD dengan nama teman gue yang posisinya jadi korban. Pada tangga 5 juli 2017 kemarin rombongan Go- Food pas jam makan siang mengantar makanan dari restaurant (dapur solo, bebek kaleyo, sate khas senayan dll) yang totalnya order ini sampai dengan jutaan rupiah yang dikirim ke alamat kantornya di Bank Danamo Lantai 5. Nah, karena teman-temannya merasa kasian oleh julianto maka orderannya juga dibeli oleh temannya karena mereka juga kasihan dengan driver ojek online yang tidak mengetahui apa-apa.

Nah ketika di share malahan temen ane sendiri ini dijadikan pelaku order fiktif, sangat disangkan sekali bagi para pengguna media sosial yang tidak tahu enahu kejelasannya dan sebagai temannya Orisha ini mengklarifikasi bahwa temannya jadi korban karena namanya dipakai untuk melakukan order.

Dapat dilogikakan, ngapain juga orderan ke alamat kantor yang mengancam karirnya sendiri. Nah, bagi pihak gojek online juga berhati-hati lagi ketika menerima orderan, kalau bisa sehari orderannya maksimal 3 kali tidak melebihi batas, namun jika menggunakan akun yang berbeda itulah yang berbahaya, harusnya sistemnya harus diperbaiki lagi.

Sistem Verifikasi go-food dari perusahaan gojek yang lemah membuat seorang pegawai bank dipecat. Pasalnya ia diteror oleh banyaknya orderan makanan yang mengatasnamakan dia, Karena semua orang dapa membuat akun baru bahkan dapat mengatasnamakan orang lain sehingga banyak orderan fiktif yang merugikan banyak pihak baik dari pegawai bank maupun pihak Gojek yang membawa makanan sendiri. Lemahnya proses keamanan ini menjadi puncak isu terkait dengan orderan fiktif karena sistem yang kurang ketat tersebut. Mungkin akan berbeda jika pendaftaran akunnya memakai identitas pribadi atau menggunakan Kartu Penduduk Indonesia atau KTP termasuk dengan integrasinya.

Nah, disamping iu terkait denganrespon dan laporan orderan fiktif yang dilakukan pihak yang mengatasnamakan pegawai bank ini sangat lambat sehingga dengan banyak laporan yang masuk dari pihak Go-Jek dapat serta merta mengantisipasi dengan memblokir akun tersebut. Dengan Verifkasi yang terhubung dengan sistem E-KTP inilah paling tidak semua akun tidak ada yang dobel karena yang dipakai adalah nomer KTP dengan sistem E-KTP dan disitulah nomer unknya karena tidak mungkin orang menggunakan nomer yang belum terdaftar karena bisa saja si pelaku menggunakan potoshop untuk mengelabui sistem dan satu identitas E-KTP hanya bsa digunakan satu akun saja.

Nah, hal ini sangat dianjurkan bagi seluruh transportasi kendaraan online yang juga mencegah dari kegiatan kejahatan termasuk pembegalan dan orderan fiktif lainnya sehingga tidak hanya driver ojek online saja yang diuntungkan melainkan juga penumpang yang turut diuntungkan dengan diadakannya sistem akun satu KTP satu akun. Nah disini pemerintah haruspunya andil dalam hal keamanan baik dari nomer telpon dan lainnya sehingga seseorang tidak dengan mudah memiliki banyak nomer telpon dan email apalagi KTP yang banyak dengan diadakkanya sistem E-KTP hal tersebut yang disampaikan oleh Pratama sebagai seorang mantan pejabat di Lembaga Sandi Negara.

Nah, dengan solusi inilah, baik masyarakat dan pemerintah dapat saling bersinergi dan memperhatikan sehingga tidak saling dirugikan dengan adanya layanan online seperti orderan fiktif yang kerap ditemui, Hal ini bisa membuat driver nyaman dan penumpang aman dan jika belum diperbaiki sistemnya aka, orderan fiktif ini dapat akan digunakan oleh pelaku tindak kejahatan dan bisa menimpa semua orang.Tragis, Korban Orderan Fiktif, Akibat Sistem Keamanan Transportasi Online (Go-Food) yang lemah. Inilah Solusinya!

Tragis memang ketika sistem keamananan Transportasi Online yang menimbulkan korban orderan fiktif, hingga temannya sekantor ikut prihatin dengan yang dialami oleh Julianto yang berujung PHK.

Pasalnya julianto tidak merasa memesan makanan oleh driver ojek online, namun banyak yang diantar ke alamat kantornya di Danamon Matraman. Driver ojek kecewa dan Julinato jadi korban dari orderan fiktif karena tak merasa memesan makanan.

Media sosialpun juga cukup ramai dengan banyaknya orderan fiktif ke Julianto yang membuat driver gojek tertipu, sehingga temannyapun ikut prihatin dengan apa yang dialami oleh temannya ini selama 2 hari. Hal itu seperti disampiakan oleh akun @Stefanie Orisha sitohang seperti berikut:

Teman gue 2 hari ini mendaat teror dari pihak yang tak bertanggung jawab, modusnya adalah ORDER GO FOOD dengan nama teman gue yang posisinya jadi korban. Pada tangga 5 juli 2017 kemarin rombongan Go- Food pas jam makan siang mengantar makanan dari restaurant (dapur solo, bebek kaleyo, sate khas senayan dll) yang totalnya order ini sampai dengan jutaan rupiah yang dikirim ke alamat kantornya di Bank Danamo Lantai 5. Nah, karena teman-temannya merasa kasian oleh julianto maka orderannya juga dibeli oleh temannya karena mereka juga kasihan dengan driver ojek online yang tidak mengetahui apa-apa.

Nah ketika di share malahan temen ane sendiri ini dijadikan pelaku order fiktif, sangat disangkan sekali bagi para pengguna media sosial yang tidak tahu enahu kejelasannya dan sebagai temannya Orisha ini mengklarifikasi bahwa temannya jadi korban karena namanya dipakai untuk melakukan order.

Dapat dilogikakan, ngapain juga orderan ke alamat kantor yang mengancam karirnya sendiri. Nah, bagi pihak gojek online juga berhati-hati lagi ketika menerima orderan, kalau bisa sehari orderannya maksimal 3 kali tidak melebihi batas, namun jika menggunakan akun yang berbeda itulah yang berbahaya, harusnya sistemnya harus diperbaiki lagi.

Sistem Verifikasi go-food dari perusahaan gojek yang lemah membuat seorang pegawai bank dipecat. Pasalnya ia diteror oleh banyaknya orderan makanan yang mengatasnamakan dia, Karena semua orang dapa membuat akun baru bahkan dapat mengatasnamakan orang lain sehingga banyak orderan fiktif yang merugikan banyak pihak baik dari pegawai bank maupun pihak Gojek yang membawa makanan sendiri. Lemahnya proses keamanan ini menjadi puncak isu terkait dengan orderan fiktif karena sistem yang kurang ketat tersebut. Mungkin akan berbeda jika pendaftaran akunnya memakai identitas pribadi atau menggunakan Kartu Penduduk Indonesia atau KTP termasuk dengan integrasinya.

Nah, disamping iu terkait denganrespon dan laporan orderan fiktif yang dilakukan pihak yang mengatasnamakan pegawai bank ini sangat lambat sehingga dengan banyak laporan yang masuk dari pihak Go-Jek dapat serta merta mengantisipasi dengan memblokir akun tersebut. Dengan Verifkasi yang terhubung dengan sistem E-KTP inilah paling tidak semua akun tidak ada yang dobel karena yang dipakai adalah nomer KTP dengan sistem E-KTP dan disitulah nomer unknya karena tidak mungkin orang menggunakan nomer yang belum terdaftar karena bisa saja si pelaku menggunakan potoshop untuk mengelabui sistem dan satu identitas E-KTP hanya bsa digunakan satu akun saja.

Nah, hal ini sangat dianjurkan bagi seluruh transportasi kendaraan online yang juga mencegah dari kegiatan kejahatan termasuk pembegalan dan orderan fiktif lainnya sehingga tidak hanya driver ojek online saja yang diuntungkan melainkan juga penumpang yang turut diuntungkan dengan diadakannya sistem akun satu KTP satu akun. Nah disini pemerintah haruspunya andil dalam hal keamanan baik dari nomer telpon dan lainnya sehingga seseorang tidak dengan mudah memiliki banyak nomer telpon dan email apalagi KTP yang banyak dengan diadakkanya sistem E-KTP hal tersebut yang disampaikan oleh Pratama sebagai seorang mantan pejabat di Lembaga Sandi Negara.

Nah, dengan solusi inilah, baik masyarakat dan pemerintah dapat saling bersinergi dan memperhatikan sehingga tidak saling dirugikan dengan adanya layanan online seperti orderan fiktif yang kerap ditemui, Hal ini bisa membuat driver nyaman dan penumpang aman dan jika belum diperbaiki sistemnya aka, orderan fiktif ini dapat akan digunakan oleh pelaku tindak kejahatan dan bisa menimpa semua orang.

Topik Nugroho, M.Pd.

Iam a master of education from one of the state universities in Yogyakarta, has a writers and travelling hobby in wordpress or blogger platform, I Have stayed at Raja Ampat and Yogyakarta City, You can Connect Me in Bingkai Berita| Belajar Internet|Travel and Kuliner

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.